Kamis, 24 Januari 2013

Tempat Tinggal bagi yang Ditinggalkan


Di tengah hingar bingar ramainya kota dimana pemuda pemudi berseliweran dan duduk sambil tertawa bercanda dengan teman-temannya, terdapat sesosok bangunan tua namun kokoh berdiri di pinggir jalan. Sepi dan sunyi, tidak ada kata-kata lain yang lebih tepat untuk menggambarkan suasana yang ada di bangunan tua itu. Sesekali mobil dan motor melintas dengan cepat didepannya tanpa ada niatan untuk singgah kedalamnya. Bangunan itu ialah panti jompo, tempat dimana para lansia menghabiskan masa-masa akhir hidupnya. Mereka dirawat seadanya oleh negara kita yang dikatakan berkembang namun miskin ini. Termenung dan duduk berdiam diri seperti sudah menjadi salah satu agenda yang tercantum di keseharian mereka meskipun masih ada diantaranya yang tetap tersenyum bercanda dan sibuk mengerjakan sesuatu layaknya anak muda. Sebenarnya apa yang membuat mereka bisa berada di sini (panti jompo)? Sebagian kecil menyatakan keluarganya sudah meninggal dan tidak punya tempat tinggal lagi. Mirisnya, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang ditinggalkan  dan dilupakan (entah sengaja atau tidak) bahkan DITITIPKAN oleh keluarganya yang mungkin sedang tidur dengan nyenyak di atas tempat tidur atau sedang berbelanja di mall besar dan bingung memilih pakaian mana yang ingin ia beli.

Teringat masa kecil dulu, saat orang tua dengan tulusnya memberikan kasih sayang dan tanpa kenal lelah terus membimbing agar nantinya kita diharapkan bisa berjalan dengan kokoh menghadapi kerasnya dunia. Lalu, pantaskah bila kita membalas apa yang sudah mereka berikan ke kita dengan menitipkan mereka ke bangunan tua bernama panti jompo hanya dengan alasan malu memiliki orang tua yang sudah keriput,  kolot, dan hanya menjadi beban bagi kehidupannya? Tegakah kita membiarkan orang yang merawat kita hidup sebatang kara di sana? Ironisnya, semakin hari semakin banyak saja panti jompo yang didirikan. Hal ini menunjukan sikap durhaka “modern” yang semakin menjadi-jadi setiap saatnya. 


Saya hanya bisa berharap melalui sedikit baris tulisan ini, semoga kita tidak menjadi anak durhaka “modern” yang semakin marak terjadi sekarang dengan selalu berbakti pada orang tua layaknya mereka mengasihi kita sampai akhir hayat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar