Jumat, 18 Januari 2013

Sistem Monitoring untuk Bencana Alam (Lomba INAICTA 2011)

Banjir Bandang / Flood

Beberapa tahun belakangan ini, beragam bencana alam baik itu besar maupun kecil terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Ledakan gunung berapi, banjir bandang, tanah longsor merupakan sebagian contoh bencana yang ada. Kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah juga terbilang besar. Tabel di bawah ini menginformasikan bencana alam yang telah terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (2004 2010) :

Tabel Bencana Alam di Indonesia / Natural Disaster in Indonesia

Tahun
Kejadian Bencana Alam
2004
-       26 Desember : Gempa bumi di dekat pesisir utara pulau Sumatera mengakibatkan tsunami yang memakan lebih dari 220.000 korban dari negara-negara di sekitar Samudera Hindia, termasuk 168.000 korban dari Indonesia.
2005
-       Gempa Bumi di Laut Banda dan Sumatra
2006
-       24-29 Desember : Lebih dari 300 orang hilang atau meninggal setelah terjadi banjir di Sumatera, yang menyebabkan 350.000 kehilangan tempat tinggal.
-       17 Juli: 650 orang meninggal di Jawa setelah gempa bumi di dasar laut menyebabkan terjadinya tsunami.
-       20-24 Juni: banjir di Sulawesi menyebabkan sedikitnya 350 orang meninggal atau hilang, dan 13.000 kehilangan tempat tinggal.
-       27 Mei: Gempa bumi di Yogyakarta menyebabkan sedikitnya 5.800 orang meninggal dan satu setengah juta orang kehilangan tempat tinggal.
-       28 Maret: Gempa bumi sebesar 8.6 SR mengguncang Nias dan menyebabkan sedikitnya 900 orang meninggal.
2007
-       26 Desember : Lebih dari130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Jawa.
-       Juli: Lebih dari130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Sulawesi.
-       6 Maret: Gempa bumi Sumatera menyebabkan sedikitnya 73 orang meninggal.
-       1 Februari: Banjir Jakarta menyebabkan sedikitnya 80 orang meninggal.
2008
-       Gempa bumi        Simeulue · Sulawesi
-       Gunung meletus   Gunung Soputan · Gunung Egon
2009
-       8 November: Tanah longsor di Palopo, Sulawesi Selatan menyebabkan sedikitnya 30 orang meninggal.
-       30 September: Gempa bumi Padang menyebabkan sedikitnya 1.117 orang meninggal.
-       2 September: Gempa mengguncang Jawa, menyebabkan sedikitnya 100 orang meninggal.
2010
-       26 Oktober: Gunung berapi meletus di Jawa Tengah, memaksa lebih dari 100.000 orang dievakuasi dan menyebabkan lebih dari 100 orang meninggal.
-       25 Oktober: Gempa 7.7 SR dirasakan di sebelah barat Sumatera Barat. Alaram tsunami yang tidak berbunyi menyebabkan lebih dari 400 orang meninggal di Kepulauan Mentawai dan lebih dari 15.000 orang kehilangan tempat tinggal. Puluhan orang masih tidak ditemukan.[3]
-       4 Oktober: Banjir melanda Wasior di Papua Barat menyebabkan sedikitnya 148 orang meninggal.
-       23 Februari: Sedikitnya 85 orang meninggal atau hilang setelah terjadi tanah longsor di dekat Bandung

Berdasar pada fenomena di atas, banyak solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah bencana alam tersebut. Salah satunya ialah pemanfaatan teknologi informasi. Prosedur penanganan bencana saat ini banyak yang tidak efektif atau bahkan salah sasaran, semua itu disebabkan informasi yang terlambat masuk terlebih lagi tidak akurat. Peran teknologi informasi pada permasalahan ini sangat penting dan menjadi sarana yang vital untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Tekhnologi informasi tidak mampu mencegah terjadinya bencana namun dengan teknologi informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien baik itu yang akan maupun telah terjadi.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, perancangan sistem informasi menyeluruh, terpadu, dan terintegrasi yang terdiri dari pengawasan atau monitoring baik itu di darat, air, maupun udara sudah bukan hal yang mustahil lagi bagi kalangan masyarakat umum baik itu dari segi harga yang sekarang relatif terjangkau dan juga teknologi yang digunakan. Dengan pemanfaatan yang baik terhadap teknologi informasi yang berkembang belakangan ini,  maka keputusan yang diambil juga akan semakin baik. Karena pada dasarnya pengambilan keputusan yang tepat, mutlak membutuhkan dukungan informasi tepat, akurat, tepat waktu. Tepat waktu artinya informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan tersebut, harus dapat tersedia dan tersaji kapanpun. Sistem Informasi yang baik akan mampu menyediakan informasi semacam ini. Sistem informasi semacam ini membutuhkan koneksi jaringan nirkabel atau komunikasi data yang bersifat online disertai visualisasi kejadian yang ditampilkan melalui kamera yang telah terpasang pada alat pembawa kamera tersebut baik itu berupa UAV (Unmanned Aerial Vehicle), USV (Unmanned Surface Vehicle), ataupun UGV (Unmanned Ground Vehicle) yang dijalankan di darat, air, dan udara secara otomatis. Maksud otomatis di sini berarti setiap unmanned vehicle/robot akan digerakkan secara autonomous sehingga operator tidak perlu repot melakukan pengendaliannya. Operator hanya perlu memberikan titik-titik area mana saja yang perlu dimonitor oleh robot, setelah itu robot akan bergerak dengan sendirinya. Selain visualisasi kejadian bencana yang terjadi, nilai temperatur, kelembaban, dan keadaan lainnya juga dapat diketahui melalui sensor-sensor yang dipasang pada payload alat tersebut secara real-time  Informasi yang bersifat real-time ini, sangat dibutuhkan pada proses monitoring suatu kejadian.

Prototip Alat / Prototype System

Salah satu penelitian yang pernah dibuat oleh tim kami yaitu prototipe sistem monitoring bencana alam dengan menggunakan UAV sebagai alat pemonitornya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar